BALIGE, SABTANEWS.COM - Kisah inspirasi hidup yang membanggakan layak kita ambil dari atlet Ski Air Kontingen Sumatera Utara Fransilron Maputra Wau (28) asal Nias ini. Fransilron seorang atlet wakesurf yang telah meraih beberapa prestasi gemilang.
Orang tua Fransilron seorang pemotong ayam. Sementara dirinya hanyalah seorang surfer dan coaching surfer di Nias. Ia juga anak pertama dari tiga bersaudara.
Ia sempat berjualan kue dan kelapa muda. Sewaktu melihat teman-temannya bermain dengan papar selancar yang tidak utuh, Ia langsung tertarik dengan selancar.
"Saya coba main bersama mereka kemudian lama kelamaan saya jadi tertarik sehingga pada saat itu mulailah saya kenal dunia Surfing sejak umur saya 10 tahun dan papan yang pertama kali saya pakai itu cuma setengah atau ibaratnya papan udah patah," kenangnya saat diwawancarai di Balige, Toba, Rabu (18/9/2024).
Setelah beberapa tahun menggunakan papan yang tidak utuh tersebut, seorang turis tergerak untuk membantunya dan teman-temannya. Saat itu, harga sebuah papan selancar berkisar Rp 10 juta. Angka tersebut sangat besar bagi Fransilron dan keluarganya yang perekonomiannya pas-pasan.
“Jadi kita di bantu sama turis itu, kemudian saya belajar belajar belajar sambil kerja dan sekolah hingga saat ini,” katanya.
Kini Ia telah bisa menyelesaikan kuliah S1 Fakultas Manajemen Sumber Daya Manusia di Universitas Nias Raya ( Unira ). Ia juga sempat bekerja membantu seseorang menjalankan bisnis fotografinya. Ia pun mampu membeli kamera sendiri setelah bekerja selama 8 tahun.
Kemudian Fransilron mulai bergabung dengan tim wakesurf pada tahun 2018. Selanjutnya pada tahun 2020, Ia pun mengikuti pertandingan pertamanya di Parapat, Simalungun. Meski perdana, Ia bersama dengan timnya bisa meraih juara pertama.
“Karena kita tidak pernah mencoba olahraga ini dari dulu dan ini merupakan pengalaman pertama bagi kita sejak tahun 2020. Pada saat itu kita meraih Juara 1 dalam kategori wakesurf putra dan putri maupun di divisi under 19 maupun under 18 karna saat itu kita terbagi,” ucapnya.
Di Tahun 2022, ia ikut kejuaraan nasional di Jakarta. Ia dan timny pun berhasil menyabet medali emas. Pada tahun 2023 ia berkesempatan mengikuti Pra Pekan Olahraga Nasional (PON) atau seleksi atlet.
“Saya bersyukur mendapatkan posisi ketiga dan meraih medali perunggu,” katanya.
Taun 2024, ia menjalani pelatihan di Malaysia. Sembari latihan, ia mengikuti pertandingan yang diselenggarakan oleh International Waterski and Wakeboard Federation (IWWF).
“Saya mendapatkan Posisi Pertama di Malaysia beberapa bulan yang lalu, Puji Tuhan ini bukan karna kekuatan kita tetapi karena kekuatan dari Tuhan semuanya,” ungkapnya.
Tentunya prestasi yang diraihnya bisa didapat dari doa orang tua. Ia percaya doa orang tua merupakan hal yang luar biasa dalam hidupnya.
“Saya juga bersyukur mempunyai kedua orang tua, karena mereka selalu mensupport saya walaupun dalam hal peralatan tidak bisa dibeli karena kondisi ekonomi keluarga pas-pasan,” katanya.
Menurutnya, jalan hidupnya diberikan Tuhan kepadanya. Ia bisa membeli berbagai barang dan peralatan dari hasil kerja kerasnya. Bahkan ia bisa membantu pembiayaan adik-adiknya bersekolah.
Ia juga berpesan pada anak muda agar tetap berolahraga dan mencintai olahraga yang sedang ditekuni. Seseorang tidak pernah tahu nasib di masa depan.
“Seperti cerita kehidupan saya yang dulu. Saya tidak pernah terbayangkan menjadi seorang atlet, jadi saya tetap cintai dan tekuni surfing, sehingga pada saat saya terpilih jadi seorang atlet surf ini, saya sungguh bersyukur karena bisa mengenal dan mendapatkan pengalaman baru. Bukan hanya pengalaman baru, ini menyangkut masa depan kita kalo kita benar benar menekuninya,” tandasnya. (PB PON XXI SUMUT/ Daniel Roymanto Manurung )